Sabtu, 22 Februari 2014

PANEN KOPI



Pemanenan Kopi

Ditulis oleh Teguh Yuono pada Jumat, 21 Juni 2013 | 21.29


Tanaman kopi mulai berproduksi pada umur 2,5 – 3 tahun setelah tanam bergantung pada teknik budidaya, iklim, dan jenis tanaman kopi yang ditanam.  Untuk tanaman kopi Robusta, panen dimulai ketika tanaman berumur 2,5 tahun, sedangkan tanaman kopi Arabika, panen dimulai ketika tanaman berumur 2,5 – 3 tahun setelah tanam.  Tanaman kopi yang ditanam di daerah dataran rendah umumnya berproduksi lebih awal dibandingkan dengan tanaman kopi yang ditanam di daerah dataran tinggi.



Produksi  buah kopi meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun dan mencapai puncak pada umur antara 7 sampai 9 tahun setelah tanam (TM IV sd VI). Panen puncak pada tahun tersebut dapat menghasilkan produksi kopi beras sebanyak 500 sampai 1.500 kg per ha per tahun, sedangkan jika tanaman kopi dikelola secara intensif produksinya bisa mencapai 2.000 kg per ha per tahun.

Pada daerah-daerah basah, distribusi panen lebih merata daripada di daerah-daerah kering, sehingga masa panennya lebih panjang (April sd Oktober). Rendemen buah kopi, yaitu perbandingan antara berat kopi biji dan berat kopi gelondong berbeda-beda menurut jenis kopinya.  Rendemen kopi Robusta 22 – 24%, kopi Arabika 16 – 18%, dan kopi Liberika 10 -12%. 

Untuk memperoleh mutu yang baik, buah kopi dipetik setelah matang. Buah matang kopi dicirikan dengan perubahan warna buah dari hijau ke merah.  Waktu yang dibutuhkan kuncup bunga hingga menjadi buah kopi yang siap panen adalah antara 8 sd 11 bulan untuk kopi Robusta dan 6 sd 8 bulan untuk kopi Arabika.  Buah kopi masak di musim kemarau, yakni antara bulan April sd Oktober.  Oleh karena pembungaan tanaman kopi tidak serempak, waktu matang buah pun tidak akan bersamaan, sehingga panen buah dilakukan secara bertahap.  Tahapan tersebut antara lain panen pendahuluan, panen raya, dan panen lelesan.

Panen pendahuluan dilakukan antara bulan Februari dan Maret. Panen pendahuluan sebetulnya dilakukan dengan tujuan agar penyebaran beberapa hama dan penyakit yang menyerang buah kopi dapat diminimalisasi, karena buah yang dipanen adalah buah kopi yang terserang hama dan penyakit, khususnya hama bubuk buah. Perlu diketahui bahwa, buah kopi yang terserang hama bubuk buah memiliki kenampilan yang tidak normal karena berwarna kuning sebelum waktunya. Buah kopi yang sudah dipetik, harus segera direbus dan dijemur untuk kemudia diolah secara kering.

Panen raya dilakukan antara bulan Mei dan Juli. Panen ini dilakukan dengan memetik semua buah yang sudah berwarna merah.  Penen raya berlangsung selama 4 sampai 5 bulan dengan intensitas  10 sampai 14 hari sekali.  Pada panen ini, buah kopi yang masih berwarna hijau yang terbawa ketika panen wajib disortasi dan dipisahkan dari buah berwarna merah agar tidak menurunkan mutu buah kopi yang dihasilkan.

Panen racutan adalah panen yang dilakukan untuk mengambil semua buah kopi yang tersisa di pohon setelah panen raya dilakukan.  Dalam praktiknya, panen racutan dilakukan dengan memetik semua buah, baik itu yang sudah berwarna merah matang maupun buah yang masih berwarna hijau.

Panen lelesan adalah panen yang dilakukan dengan mengumpulkan semua buah kopi yang jatuh di sekitar pohon. Panen ini dilakukan agar buah kopi yang tersisa dikebun tidak dijadikan inang berbagai hama tanaman kopi seperti bubuk buah yang dapat menyerang pada panen kopi di tahun berikutnya.

UMUR PANEN TANAMAN




UMUR PANEN DAN TANDA-TANDA PANEN TANAMAN HOLTIKULTURA
1.      Sayuran
a.       Bayam = Umur panen pada tanaman bayam cabut adalah pada 21 HST.Bayam cabut ; penjarangan dilakukan 20 hst, kemudian hari ke-25, ke-30, dst hingga semua tanaman selesai dipanen.Bayam tahunan : penjarangan pada hari ke-20 sehingga jarak tanaman menjadi 50cm x 40cm. panen dilakukan sekitar 30 hst caranya pucuk-pucuk daun atau ujung-ujung daun yang telah dipetik.
b.      Sawi = Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun.
c.       Kangkung = Panen dilakukan setelah berumur  + 30 hari setelah tanam, dengan cara mencabut tanaman sampai akarnya atau memotong pada bagian pangkal tanaman sekitar   2 cm di atas permukaan tanah.
d.      Asparagus = Panen dapat dilakukan mulai umur 8-9 bulan atau 2 – 3 bulan setelah pemindahan. Panen dilakukan dengan memotong rebung dan kemudian menimbun kembali sekeliling tanaman dengan tanah/kompos. Cara panen dengan memotong batang muda merupakan cara yang lebih baik, karena cara tersebut tidak merusak sistem perakaran tanaman yang dijadikan indukan. Pemanenan daun Asparagus (juga rebungnya), dilakukan dengan interval 1 sd. 1,5 bulan di kawasan tropis, sementara di kawasan sub tropis antara 1,5 sd. 2 bulan. Biasanya sampai dengan umur 9 bulan rebungnya masih kecil-kecil dan produksinya hanya 10 kg per hektar. Tapi apabila sudah berumur 2,5 – 4 tahun produksi sudah 50 kg per hektar. Jika panen pertama dilakukan pada umur 3 bulan setelah pemindahan, maka penen kedua pada umur 4 bulan dengan interval panen 2 hari sekali, bulan kelima dan seterusnya dapat dipanen setiap hari.
e.       Kubis = Umur masak petik atau panen tanaman kubis tergantung pada varietasnya, berumur pendek (genjah) dan berumur panjang (dalam).
a) Premium Flat Dutch: umur panen 100 hari, produksi 4,5 kg/tanaman.
b) Early Flat Dutch: umur panen 83 hari, produksi 2,4-2,7 kg/tanaman.
c) O-S Cross: umur panen 80 hari, produksi 2 kg/tanaman.
d) Surehead: umur panen 93 hari, produksi 3-4,5 kg/tanaman.
e) Globe Master: umur panen 75 hari, produksi 2-2,5 kg/tanaman.
f) Emerald Cross Hybrid: umur panen 45 hari, produksi 1.2 kg/tanaman.
g) Copenhagen Market: umur panen 72 hari, produksi 1.8-2 kg/tanaman.
h) K-K Cros: umur panen 58 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.
i) Green Cup: umur panen 73 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
j) Ecarliana: umur panen 60 hari, produksi 1 kg/tanaman.
f.        Wortel = Tanaman wortel yang telah berumur ± 3 bulan sejak sebar benih atau tergantung varietasnya. Varietas Ideal dipanen pada umur 100-120 hari setelah tanam (hst). Varietas Caroline 95 hst., Varietas All Season Cross 120 hst., Varietas Royal Cross 110 hst., Kultivar lokal Lembang 100-110 hst.
g.       Lobak = • Umur panen pada tanaman lobak adalah 60 HST.
h.       Brokoli = Penentuan saat panen brokoli dapat dilakukan dengan cara mengamati penampakan fisik bunga brokoli dan umur tanaman ( ± 45 - 65 HST)
i.         Kembang kol = Pemanenan dilakukan saat massa bunga mencapai ukuran maksimal dan mampat. Umur panen antara 55-100 hari tergantung dari kultivar.
j.        Tomat = Tomat bisa mulai dipanen setelah berumur 70-90 hari setelah pindah tanam.
2.      Buah-buahan
a.       Melon = pada umumnya pemanenan dilakukan kurang lebih 3 bulan setelah tanam. Dan waktu pemanenan yang baik adalah dilakukan pada pagi hari.
b.      Jeruk = Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28–36 minggu, tergantung jenis/varietasnya.
c.       Anggur = Di daerah rendah umur buah anggur sekitar 90-100 hari setelah pangkas, di dataran tinggi umur buah anggur sekitar 105–110 hari.
d.      Semangka = Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman.
e.       Papaya = Tanaman pepaya dapat dipanen setelah berumur 9-12 bulan. Buah pepaya dipetik harus pada waktu buah itu memberikan tanda-tanda kematangan: warna kulit buah mulai menguning. Tetapi masih banyak petani yang memetiknya pada waktu buah belum terlalu matang
f.        Jambu biji = Buah jambu biji umumnya pada umur 2-3 tahun akan mulai berbuah, berbeda dengan jambu yang pembibitannya dilakukan dengan cangkok/stek umur akan lebih cepat kurang lebih 6 bulan sudah bisa buah
g.       Durian = Pada umumnya durian lokal akan berbuah pada umur 8 – 10 tahun, kemudian durian genjah seperti monthong dan chanee akan berbuah pada umur 4 – 5 tahun sejak tanam, masa panen ini berlaku dengan catatan bibit menggunakan sambung pucuk atau okulasi, pada umumnya buah durian akan mengalami tingkat kematangan sempurna 4 bulan setelah bunga mekar. Untuk Janis monthong waktu petik yang tepat adalah 125 – 135 hari. Lalu jenis chanee 110 – 160 hari setelah bunga mekar.
h.       Apel = Pada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebih tinggi, umur buah lebih panjang.
i.         Nangka = Cara pemetikan buah nangka matang ialah gagangnya dipotong dengan pisau tajam & buah nangka itu diturunkan dengan hati-hati. Pohon nangkayg berbuah besar berbuah pada umur 5-10 tahun sedangkan nangka mini pada umur 1,5-2 tahun. Pada umumnya buah masak setelah 8 bulan sejak bunganya muncul.
j.        Mangga = Panen dilakukan pada umur sekitar 111-118 hari setelah bunga mekar atau warna kulit masih hijau-kuning -merah,keras, mempunyai kadar asam 0,9 % dan PTT 8,00 % serta daya simpan 8 hari pada suhu ruangan. Untuk pasar lokal, buah dipanen umur sekitar 120 hari setelah bunga mekar atau berwarna kuning-merah, dengan kadar PTT 10 % dan asam 0,71 %, daya simpan 6-7 hari pada suhu ruangan


3.      Tanaman hias
a.       Anggrek = Umur tanaman anggrek berbunga, tergantung jenisnya. Umumnya tanaman angrek dewasa berbunga setelah 1-2 bulan ditanam. Tangkai bunga yang dihasilkan kira- kira 2 tangkai dengan jumlah kuntum sebanyak 20-25 kuntum pertangkai.
b.      Seruni = Penentuan stadium panen adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Tipe spray 75-80% dari seluruh tanaman. Umur tanaman siap panen yaitu setelah 3-4 bulan setelah tanam.
c.       Sirih merah = Tanaman siap panen minimal berumur 4 bulan. Saat itu sirih merah terdiri atas 16 sampai 20 daun. Pada saat itu daun sudah relatif lebar, dengan panjang 15 sampai 20 cm. Daun siap petik harus berumur 1 bulan, bersih, dan warna mengkilap. Daun yang dipetik berumur sedang, tidak terlalu tua atau muda, karena kadar zat aktifnya tinggi.
d.      Melati = Ciri-ciri bunga melati yang sudah saatnya dipanen adalah ukuran kuntum bunga sudah besar (maksimal) dan masih kuncup/setengah mekar. Produksi bunga melati di Indoensia masih rendah yakni berkisar antara 20-25 kg/hektar/hari. Tanaman melati mulai berbunga pada umur 7-12 bulan setelah tanam. Panen bunga melati dapat dilakukan sepanjang tahun secara berkali-kali sampai umur tanaman
antara 5-10 tahun. Setiap tahun berbunga tanaman melati umumnya berlangsung selama 12 minggu (3 bulan).
e.       Mawar = Ciri-ciri bunga mawar siap dipetik (dipanen)
· untuk tujuan sebagai bunga potong : kuntum bunganya belum mekar penuh dan berukuran normal.
· Untuk tujuan bunga tabur : pemetikan bunga pada stadium setelah mekar penuh.
Waktu panen yang paling tepat adalah pagi atau sore hari (saat suhu udara dan penguapan air tidak terlalu tinggi). Di beberapa sentra produsen bunga potong melakukan pemetikan bunga mawar pada malam hari.

f.        Dahlia = Bunga: tiga bulan setelah tanam, bunga pertama dapat dipetik 2 kali seminggu sampai 4 bulan kemudian. Bunga yang siap dipetik telah mekar penuh dengan diameter 10 cm.
Ubi: ubi dipanen pada waktu tanaman berumur 7 bulan setelah tanam.




PERBANYAKAN VEGETATIF



PENDAHULUAN
      
a.Latar Belakang

Pemahaman tentang konsep dan aspek pada Mata Diklat Dasar-Dasar Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif merupakan salah satu bagian yang penting dalam kegiatan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Pengetahuan tentang konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif sangat penting untuk diketahui agar dapat dipahami pengertian perbanyakan tanaman secara vegetatif dan membedakan pengelompokan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif. Selain itu, juga perlu didukung pengetahuan tentang arti penting dari perbanyakan tanaman secara vegetatif agar dapat dipahami perlunya dilakukan perbanyakan tanaman secara vegetatif ditinjau dari aspek anatomi, fisiologi, dan genetik. Pemahaman tentang konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif juga perlu didukung dengan pengetahuan tentang teknik-teknik yang dapat digunakan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif.                                                                          
Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga perlu pemahaman tentang pengatahuan aspek-aspek pentingnya meliputi aspek anatomi, fisiologi, dan genetik. Aspek anatomi perbanyakan tanaman secara vegetatif berkaitan dengan pengetahuan struktur internal dari akar, batang, dan daun untuk  memahami proses terbentuknya akar adventif pada stek dan cangkok dan terbentuknya penyatuan sambungan pada penyusuan, okulasi, dan sambungan. Aspek fisiologi perbanyakan tanaman secara vegetatif yang perlu diketahui adalah peranan secara fisiologis berbagai hormon tanaman dalam mempengaruhi proses pertumbuhan hasil perbanyakan tanaman. Aspek genetik perbanyakan tanaman secara vegetatif berkaitan dengan keseragaman dan keragaman secara genetik tanaman yang diperbanyak secara vegetatif. Ketiga aspek tersebut apabila dipahami dengan benar diharapkan akan menunjang keberhasilan dalam pelaksanaan perbanyakan tanaman secara vegetatif.


b.Pengertian Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

  Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara perbanyakan atau perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti  batang, cabang, ranting, pucuk,  daun, umbi  dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan secara alamiah yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi, rizoma, dan geragih (stolon). Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat dilakukan secara buatan yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tangan manusia. Tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara vegetatif buatan adalah tanaman yang memiliki kambium. Tanaman yang tidak memiliki kambium atau bijinya berkeping satu (monokotil) umumnya tidak dapat diperbanyak dengan cara vegetatif buatan. Perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara stek, cangkok, dan merunduk (layering). Selain itu perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara campuran, yaitu penggabungan teknik perbanyakan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan tanaman secara campuran tersebut memerlukan dua induk tanaman. Induk pertama digunakan sebagai penghasil mata tunas atau pucuk yang akan ditempel di batang bawah. Batang bawah berasal dari tanaman hasil perbanyakan secara generatif. Perbanyakan tanaman secara campuran (vegetatif-generatif) dapat dilakukan dengan cara okulasi dan sambung (grafting).

  Arti Penting Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif
1).     Upaya mempertahankan genotipe unggul
Jenis-jenis tanaman pohon tropis sebagian besar adalah menyerbuk silang, yang berarti jika melalui rekombinasi gen-gen selama reproduksi seksual, banyak karakteristik penting yang mungkin hilang. Jika individu tanaman unggul yang telah diidentifikasi oleh petani atau peneliti, informasi genetis tersebut dapat tetap dipertahankan melalui perbanyakan secara vegetatif, sehingga memungkinkan perbanyakan individu-individu unggul yang sama pada generasi berikutnya.

2).     Upaya mengatasi adanya permasalahan pada perkecambahan dan penyimpanan biji
 Beberapa spesies tanaman pohon ada yang menghasilkan buah tanpa biji (misalnya, beberapa kultivar jeruk) dan perlu untuk diperbanyak secara vegetatif, yang lainnya ada yang berbuah sangat jarang atau tak menentu. Banyak species tanaman pohon tropis yang memiliki benih/biji rekalsitran  sehingga memerlukan prosedur penanganan khusus dan sering tidak praktis. Dalam kasus-kasus ini, perbanyakan tanaman secara vegetatif memungkinkan menjadi alternatif yang cocok dan lebih murah untuk produksi bibit dengan tingkat keseragaman bibit yang dihasilkan tinggi dibandingkan perbanyakan tanaman secara generatif.

3).     Upaya memperpendek waktu untuk berbunga dan berbuah
 Arti penting lainnya dari perbanyakan vegetatif adalah upaya memperpendek siklus reproduksi siklus dari tanaman pohon. Hal ini sangat penting ketika produk yang diinginkan dari tanaman tersebut berupa bunga, buah atau biji-bijian. Perbanyakan tanaman secara vegetatif sebagian besar dilakukan dengan sambungan atau stek dari pohon dewasa, yang mempertahankan karakteristik lebih cepatnya waktu pendewasaan setelah okulasi atau pengakaran.

4).     Upaya menggabungkan lebih dari satu genotipe dalam satu tanaman
 Grafting adalah cara yang unik untuk menggabungkan sifat-sifat yang diinginkan dari dua atau lebih tanaman ke dalam satu individu. Sambungan grafting dengan sifat-sifat buah tertentu dapat dicangkokkan ke batang bawah dengan sifat-sifat lain yang diinginkan, seperti tahan nematoda. Kemungkinan lain adalah grafting lebih dari satu kultivar ke batang yang sama, misalnya, untuk memperpanjang periode sambungan dengan penyambungan varietas awal dan akhir pada satu pohon. Pengenalan cabang penyerbuk ke individu tanaman betina adalah memungkinan untuk spesies dengan bunga berumah dua (dioecious).

5).     Upaya mengendalikan fase perkembangan
Sebuah tanaman mengalami beberapa tahapan usia yang bisa dibedakan oleh kekuatan pertumbuhan dan pembungannya. Tanaman juvenil yang vigor, memiliki dominasi apikal yang kuat dan mudah beregenerasi melalui perbanyakan secara vegetatif. Tanaman dewasa yang tidak vigor tidak mudah beregenerasi melalui perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif melanggengkan tahap kedewasaan dari tanaman induk. Fiksasi dari fase perkembangan suatu tanaman dapat memiliki manfaat ekonomi seperti pada tanaman buah yang berbunga lebih awal setelah dilakukan grafting karena mata sambungan diambil dari tanaman dewasa atau pohon kayu yang akan mempertahankan kekuatan juvenilnya ketika berakar sebagai potongan dari bahan tanaman yang juvenil. Namun beberapa bentuk perbanyakan secara vegetatif, terutama stek akar, yang selalu menyebabkan tanaman juvenil, sebuah karakteristik yang mungkin tidak diinginkan dalam kasus-kasus tertentu.

6).     Upaya mendapatkan keseragaman tanaman
 Keseragaman bentuk pertumbuhan atau musim berbuah pada banyak tanaman yang dibudidayakan secara komersial memiliki nilai ekonomis yang penting. Keseragaman tersebut juga bias memiliki arti penting dalam ujicoba penanaman secara agroforestry.

Teknik-teknik perbanyakan vegetatif pada tumbuhan

Terdapat bermacam-macam teknik yang acap kali khas untuk jenis tumbuhan yang berbeda. Beberapa teknik hanya memanfaatkan organ reproduksi khusus yang diproduksi tanaman tertentu, sementara teknik lainnya sengaja merangsang pertumbuhan baru pada bagian tumbuhan tertentu. Berikut ini dipaparkan secara singkat berbagai teknik yang dipakai orang.
  • Pemisahan anakan (tillering)

·         Penyetekan

Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan.

·         Perundukan (common layering)

Merunduk adalah teknik berkembang biak tumbuh-tumbuhan dengan cara menundukkan batang tanaman ke tanah dengan harapan akan tumbuh akar. Setelah akar timbul, maka batang sudah bisa dipotong dan dibawa ke tempat lain.

·         Pencangkokan (air layering)

Cangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat menghasilkan.
Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah :
(1) waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang,
(2) Memilih batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak terlalu tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya,
(3) Pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan cukup lembab sepanjang waktu.

·         Penyambungan

Grafting/penyambungan adalah seni menyambungkan 2 jaringan tanaman hidup sedemikian rupa sehingga keduanya bergabung dan tumbuh serta berkembang sebagai satu tanaman gabungan. Teknik apapun yang memenuhi kriteria ini dapat digolongkan sebagai metode grafting. Sedangkan budding adalah salah satu bentuk dari grafting, dengan ukuran batang atas tereduksi menjadi hanya terdiri atas satu mata tunas (Hartmann et al, 1997).
Menyambunga adalah perkembang biakan buatan yang biasanya dilakukan pada tumbuhan sejenis buah-buahan atau ketela pohon demi mendapatkan kualitas buat yang baik.

·         Okulasi